Membaca Narasi Kuno Candi Lor: Jejak Sejarah dan Literasi Anjuk Ladang


 

Literasinganjuk.com—Udara Minggu pagi, 20 Juli 2025 di pelataran Candi Lor, Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, dipenuhi semangat literasi dan napas sejarah dalam kegiatan Sarasehan Literasi bertajuk “Membaca Narasi Kuno Candi Lor”. Kegiatan ini menjadi ruang refleksi antara warisan leluhur dan geliat literasi masa kini, dihadiri oleh pegiat literasi, perangkat desa, lima kelompok KKN Tematik Literasi ITS Surabaya 2025, dan delegasi dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Nganjuk.

 

Sarasehan ini menghadirkan Heru Sang Amurwabumi, sastrawan dan budayawan asal Nganjuk, sebagai narasumber utama. Dalam paparannya, Heru mengajak para peserta menyelami ulang narasi sejarah Candi Lor melalui pendekatan sastra, arkeologi, dan pemaknaan budaya. Ia menyoroti pentingnya Prasasti Anjuk Ladang sebagai titik temu antara identitas lokal dan kekayaan literasi masa lalu yang perlu digali serta disebarluaskan kembali dalam format kekinian.

 

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi aktif lintas komunitas literasi, yakni Komunitas Pegiat Literasi Nganjuk, Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kabupaten Nganjuk, TBM Sanggar Omah Sastra, TBM Iqro’, TBM Isor Sawo, TBM Wahana Pustaka, Perpustakaan Desa (Perpusdes) Candi Boto dan Mahasiswa KKN Tematik Literasi ITS Surabaya dari lima kelompok. Kolaborasi ini menandai sinergi kuat antar elemen masyarakat Nganjuk dalam membumikan literasi berbasis kearifan lokal. 


Kegiatan dibuka dengan pembacaan puisi bertema sejarah dan budaya oleh Ananda Sultan dari TBM Sanggar Omah Sastra dan sambutan dari Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat Kabupaten Nganjuk, Ibu Sofia Ulfa. "Kegiatan hari ini bukanlah akhir, tetapi awal dari sinergi lintas komunitas yang ada di Nganjuk, untuk bersama-sama memajukan literasi di Kabupaten Nganjuk," ungkap Sofia.







Dalam testimoninya, Bapak Sawiji, Bayan Desa Candirejo, menyampaikan kesaksian penting terkait penemuan Prasasti Anjuk Ladang yang menjadi bagian dari narasi yang diangkat. Ia menyatakan bahwa prasasti tersebut ditemukan oleh penduduk Desa Candirejo, Bapak Tarmidin dan anaknya, Bapak Suparno sekira tahun 1976 di lahan milik Bapak Tarmidin sendiri. Lokasi penemuan tersebut tepat berada di dekat makam Mbah Gedong, berjarak 200 meter ke arah barat dari lokasi Candi Lor sekarang. "Apa yang disampaikan oleh Mas Heru itu benar adanya. Prasasti itu ditemukan di pekarangan warga kami bersama temuan lain berupa arca Ganesha dan Nandi. Dan itu memperkuat posisi Candi Lor sebagai tapak peradaban penting di Nganjuk," ungkap Sawiji.

 

Delegasi dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Nganjuk juga mengapresiasi kegiatan ini sebagai upaya nyata menghidupkan literasi berbasis budaya. Kegiatan ini ditutup dengan diskusi serta ajakan bersama untuk terus menjaga dan merawat literasi lokal melalui ruang-ruang dialog di lokasi-lokasi bersejarah.

 

Sarasehan “Membaca Narasi Kuno Candi Lor” bukan hanya menjadi forum diskusi, tetapi juga momentum kolektif untuk menjahit ulang ingatan sejarah, membacanya kembali dengan semangat zaman, dan menanamkan cinta literasi kepada generasi muda di bumi Anjuk Ladang. (*)

 

Penulis: Sanghyang Wekhasing Sukha

Editor: Tim Sanggar Omah Sastra



Posting Komentar untuk "Membaca Narasi Kuno Candi Lor: Jejak Sejarah dan Literasi Anjuk Ladang"