Khuri Vidy, Pemuda Asal Nganjuk Pencetus Batik Melaten



 

Kopling - Batik adalah sebuah warisan budaya yang hanya dimiliki oleh bangsa kita, Indonesia. Pemerintah telah menetapkan Hari Batik Nasional setiap tanggal 2 Oktober. Bahkan, UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009.

 

Membatik sendiri memerlukan keahlian, keterampilan dan ketelatenan tangan dalam menorehkan sebuah karya di atas selembar kain. Di sanalah nilai seni tercipta. 

 

Membicarakan batik, kita harus mengenal sosok generasi milenial yang bernama Khuri Vidy. Pemuda asli Desa Kedungmlaten, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Nganjuk itu memulai kiprahnya di dunia batik dengan mengikuti pelatihan pada 10 November 2014. Meski dengan ragu-ragu, Khuri mencoba dengan doa agar dikuatkan dari segala goda. Bagaimana tidak? Dari 35 peserta pelatihan yang ada, hanya dirinyalah yang paling ganteng, karena 34 peserta lainnya adalah kaum wanita. Dengan terpaksa, ditepisnya perasaan malu, minder, dan canggung berada di tengah para wanita.

 

Berawal dari pelatihan selama tujuh hari, semangat pemuda yang hobi menulis puisi dan cerpen di sebuah komunitas menulis itu mulai tumbuh. Apalagi didukung oleh pelatih dan asistennya yang cukup sabar dan telaten, seolah melihat potensi besar yang ada pada diri pemuda tersebut. Hingga di hari terakhir, Khuri Vidy mendapat apresiasi sebagai salah satu peserta tertampan dengan hasil karya terbaik dan mendapat reward

 

Sebuah kejutan yang tak pernah dibayangkan. Dari situlah semangatnya berkobar mengalahkan Sobat Ambyar

 

"Saya bersyukur, begitu banyak ilmu yang didapat dari sana, juga ketemu orang-orang hebat

untuk menambah semangat. Berbagai event dan pameran juga saya ikuti," ucap Khuri.

 

Dari jemarinya yang luwes memegang canting, mencelupkan di wajan penuh malam, meniup canting, dan menorehkannya dalam lembar kain dengan motif sesuai pemesan, alhasil jadilah karya batik yang memikat hati. 

 

Setelah kesuksesan di babak pelatihan, Khuri mengasah ketrampilan dengan menjadi karyawan pada pengusaha batik yang merupakan tetangga, sekaligus guru MTs (Madrasah Tsanawiyah) tempatnya menimba ilmu dulu. Sosok baik hati itu justru memberikan kelonggaran untuk Khuri berkreasi sebebas-bebasnya. Jomlo tampan satu ini pun dengan semangat melepaskan jiwanya untuk berkarya di sana. 

 

Suka duka Khuri alami sekian tahun lamanya. Tantangan demi tantangan menjadikan dia semakin percaya diri, hingga akhirnya pemuda milenial itu berhasil mendirikan usaha batiknya sendiri dengan merek Melaten. 

 

Hari Selasa malam ganjil, sebuah usaha tak mengkhianati hasil. Secara perlahan Batik Melaten mulai dikenal. Pesanan demi pesanan berdatangan. Baik untuk seragam keluarga ataupun pesanan pribadi dan kebutuhan fashion show. Meskipun begitu, Khuri tidak pernah melupakan jasa orang-orang yang telah mengajarkan dirinya sampai menjadi seperti sekarang ini. 

 

Oh iya. Untuk Batik Melaten karya Khuri, harganya dibanderol mulai Rp200.000,00 perlembar. Bisa lebih, tergantung tingkat kesulitan desain batiknya sendiri. Pelanggan pun puas karena bisa memesan sesuai selera. 

 

Untuk menarik perhatian supaya diterima di kalangan pemuda, Khuri belajar berinovasi, mengikuti trend masa kini. Bisa juga memesan lembaran atau dijahitkan sekalian menjadi sepotong baju. 

 

Khuri yang baik hati dan tidak sombong juga membagikan video tutorial membatik di kanal youtube miliknya. 

 

Jangan remehkan! Nganjuk punya banyak generasi yang membanggakan. Mari tingkatkan semangat agar hidup kita lebih bermanfaat. Lestarikan warisan para leluhur kita, berikan dukungan dan semangat untuk para generasi muda agar Kota Nganjuk semakin berjaya. Merdeka! (*Dian Hariani/2021)

2 komentar untuk "Khuri Vidy, Pemuda Asal Nganjuk Pencetus Batik Melaten"